BeritaPolHuKam

Prof. Khairil Soroti Kasus Penembakan di Rumah Bakal Calon Bupati Tolitoli: Intimidasi Psikologis Lebih Berbahaya dari Fisik

37
×

Prof. Khairil Soroti Kasus Penembakan di Rumah Bakal Calon Bupati Tolitoli: Intimidasi Psikologis Lebih Berbahaya dari Fisik

Sebarkan artikel ini
Dekan FISIP Untad, Prof. Khairil. Foto: potretcelebes.com/Fitriani Kamal

potretcelebes.com, Palu – Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tadulako, Prof. Khairil, menyoroti kasus dugaan penembakan di kediaman Bakal Calon Bupati Tolitoli, Muchtar Deluma, pada Minggu (8/9/2024).

Baca Juga: Kediaman Bakal Calon Bupati Tolitoli Ditembak: Polisi Selidiki Motif dan Pelaku

Insiden ini melibatkan peluru senapan angin yang ditemukan di lokasi kejadian di Kelurahan Tuweley, Kecamatan Baolan, Kabupaten Tolitoli. Hingga kini, belum ada kepastian apakah penembakan tersebut ditujukan langsung kepada Muchtar Deluma atau sekadar intimidasi.

Prof. Khairil mengungkapkan bahwa setiap posisi dalam lingkar kekuasaan membawa risiko, baik secara fisik maupun psikis. “Hidup ini memang penuh risiko, terutama bagi mereka yang terlibat dalam kekuasaan. Sejarah membuktikan banyak penguasa yang mengalami ancaman dan serangan selama masa jabatannya. Ini adalah risiko yang tak terhindarkan,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya pada Selasa (10/9/2024).

Prof. Khairil juga menekankan bahwa serangan semacam ini merupakan bagian dari risiko yang dihadapi oleh calon pemimpin. Ia menambahkan bahwa pengamanan yang ketat penting untuk melindungi calon pemimpin dari potensi ancaman, meskipun tidak ada jaminan keamanan sepenuhnya dari pihak aparat.

“Tindakan intimidasi ini, meski tidak mengenai Muchtar Deluma, jelas bertujuan menakut-nakuti. Intimidasi psikologis kadang lebih mematikan daripada ancaman fisik. Ketika sudah berkuasa, ancaman dan tekanan bisa semakin berat,” jelasnya.

Prof. Khairil menggarisbawahi tiga hal penting yang harus diperhatikan: pertama, meningkatkan kehati-hatian; kedua, kesiapan mental calon pemimpin; dan ketiga, kesadaran politik untuk tidak menggunakan cara-cara intimidasi.

“Siapapun kita himbau kepada pelaku penembakan ini. Sudahlah, ayok main sportif, jangan main pengecut seperti ini. Politik itukan harusnya sehat dan sportif. Jangan sampai kita menciptakan atmosfer yang tidak mendukung demokrasi,” tegasnya.

Saat ini, penyelidikan masih berlangsung untuk mengungkap motif dan pelaku dari peristiwa ini. Polisi menemukan peluru senapan angin berkaliber 4,5 mm di lokasi kejadian dan berusaha mengidentifikasi motif dan pelaku.

Penulis: Fitriani Kamal
Editor: Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *